Nadine menarik napas dalam-dalam, lalu memejam.
Dalam kepalanya ia seolah-olah berada dalam kegelapan. Tak ada apa pun di sana, tidak juga sesuatu untuk berpijak, membuat tubuhnya seperti mengambang di tengah-tengah ketiadaan. Selama beberapa saat Nadine diam menunggu, hanya terus bernapas teratur. Kemudian ia mulai merasakannya.
Sebuah aliran tenaga berdenyut, agak jauh di sebelah kanannya. Salah satu nadi grae yang ada di Bandung. Tanpa berpikir, Nadine menyerasikan frekuensi energi tubuhnya dengan sumber energi sihir itu. Dalam dunia kegelapan tersebut, proses itu tampak seolah-olah ia mendatangi sumber grae tersebut, sebuah sungai energi dengan air jernih yang bersinar terang, sehingga terlihat seperti aliran cahaya yang membentang sampai ke ujung pandangan. Nadine berlutut di tepinya dan menciduk segenggam besar air energi. Perlahan diminumnya substansi tersebut, seakan ia benar-benar meneguk suatu cairan. Continue reading →