Entry Maret 2014 – Selamat Datang Kembali

Lanang memandangi angka-angka yang tertera di SMS tersebut, berharap ia hanya salah lihat. Namun tidak, angka-angka itu tak berubah walau ia tatap dengan berulang kali.

20,786.

Lanang mulai merasakan kepalanya berdentam, seperti ada yang memalunya dari dalam. Tidak mungkin. Hanya seperti itu jumlah penjualan album terbarunya? Album yang dipenuhi segenap curahan hati dan jiwanya? Hanya dua puluh ribu, bahkan tidak sampai lima puluh ribu? Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry September 2013 – Utusan Angin

“Oke, Ma,” Wulan berbicara pada ponselnya. “Iya. Aku tunggu di sini aja. Iya. Dah.”

Gadis itu menutup ponsel dan menghela napas. Hebat, komplit sudah. Bisa-bisanya mamanya lupa kalau siang ini ada acara ibu-ibu kantor. Dan papanya mendadak dipanggil ke kantor karena ada urusan mendesak. Jadinya ia tertinggal sendirian di sini.

Wulan menyeka keringat yang mengalir di dahi. Matahari Balikpapan pukul satu siang memanggangnya tanpa ampun. Tak ada angin yang bertiup, dan di langit tak ada satu pun awan menggantung, membuat panasnya menjadi berkali lipat. Kausnya sudah lama basah kuyup, dan celana jinsnya menempel erat di kaki. Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry Mei 2013 – Sesuatu dari Masa Lalu

Nadine sedang memandangi langit melalui jendela kamarnya ketika terdengar bunyi ketukan di pintu, disusul suara seseorang, “Nadine?”

“Masuk.”

Pintu terbuka dan Reinald melangkah masuk. Seperti biasa pemuda itu mengenakan kaus polo putih dan celana corduroy coklat. Rambut pendeknya tersisir rapi.

Rei mengulurkan sesuatu. “Aku nemuin ini di lemari penyimpanan artefak. Kayaknya punyamu.” Continue reading

Posted in Artefaktor, Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry Edisi Epik (Januari 2013) – Katalis

Dari balik bayang-bayang tembok Rima mengamati rumah berpagar putih tak jauh dari sana. Bangunan itu tak ada bedanya dengan rumah-rumah lain di kawasan Pondok Gede ini. Langit malam pekat tak berawan menenggelamkan daerah tersebut dalam keremangan.

Sejak sepuluh menit lalu rekan-rekan satu timnya telah berada di posisi masing-masing, mengepung rumah tersebut, siap menyerbu. Namun entah kenapa Kapten tak kunjung memberikan perintah. Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry Desember 2012 – Aturan yang Tak Boleh Dilanggar

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika matahari terbenam di tanggal 24 Desember, Deri bergabung dengan yang lain untuk berkumpul di Aula Besar.

Mungkin jumlah mereka semua lebih dari seribu orang. Deri tak pernah menghitung berapa tepatnya, karena jumlah mereka terus berubah setiap tahunnya. Tapi yang pasti terus bertambah, seiring bertambahnya jumlah manusia di bumi.

Terdengar dengingan suara mikropon dan Deri mengangkat wajah. Sebuah sosok baru saja menaiki podium di ujung ruangan. Seorang pria berjas rapi, berwajah cukup tampan di usianya yang sudah empat puluhan. Kepercayaan diri terlihat jelas di rautnya ketika ia tersenyum pada hadirin di hadapannya. Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry November 2012 – Merah di Atas Putih

Gadis itu berjalan terseok-seok. Langkahnya semakin lama semakin lambat, namun tambang yang menghubungkan tangannya yang terikat ke pelana kuda di depannya membuatnya mau tak mau mengikuti kecepatan langkah hewan tersebut.

Dari atas kuda Ahrian mengamati gadis itu. Mata dan mulutnya tertutup rapat oleh kain merah, membuat si gadis semakin sulit melangkah. Bajunya yang tadinya putih bersih kini dikotori lumpur, seolah mengejek arti warna tersebut pada diri si gadis. Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry Juli 2012 – Permainan Keduapuluh Satu

Aku turun dari mobil dan berjalan sedikit menuju tempat tujuanku, kasino termegah yang berdiri di daerah ini. Lampu-lampunya tersusun rapi membentuk tulisan besar-besar: KING’S CASINO.

Aku berjalan ke pintu masuknya, membiarkan petugas keamanan yang berpakaian necis memeriksaku, memastikan aku tak membawa senjata ataupun benda berbahaya lainnya, sekaligus memastikan bahwa aku adalah anggota resmi kasino ini. Setelah puas, para petugas mempersilakanku masuk dengan senyum sopan yang membuat wajah mereka menyerupai topeng (atau saking seringnya mereka tersenyum seperti itu sampai wajahnya tercetak demikian?).

Hingar bingar elegan menyambut kedatanganku. Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry Mei 2012 – Buku Peninggalan Ayah

Dari balik kacamata hitam, aku melihat keranda berisi jenazah ayahku diturunkan ke dalam lubang makam. Di sebelahku Ibu terisak-isak pilu, namun mataku sendiri sekering hatiku. Tak setetes air mata pun bisa kutumpahkan untuk Ayah. Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry Maret 2012 – Anak-anak Malam

Ketika ia lahir, tuannya memberinya nama Max. Tapi itu dulu. Kini ia memanggil dirinya sendiri Kelam. Seperti langit malam tak berbintang ketika ia dibuang ke jalanan, oleh tuan yang sama dengan yang dulu menamainya. Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi

Entry Februari 2012 – Kastil Misterius

Dimas memandangi kastil yang berdiri di hadapannya. Bangunan tersebut terlihat amat tua di mata anak laki-laki tersebut. Bebatuan yang menyusun dinding-dindingnya berwarna abu-abu kotor, diselimuti lumut hijau di sana sini. Menara-menaranya yang tinggi seakan mencakar langit, dan jendela-jendela kastil yang gelap seperti mata yang memelototi siapa pun yang berdiri di hadapannya. Continue reading

Posted in Lomba Cerbul Kastil Fantasi