Epilog

Para raghen dan tohsa berbaris keluar dari ruangan, meninggalkan Aryo sendirian. Pemuda itu membungkuk di atas meja besar yang terletak di tengah aula tersebut, mengamati imaji yang melayang di atas permukaannya. Sebuah peta tiga dimensi yang diciptakan dengan grae, nyaris nyata sehingga seakan-akan bisa disentuh. Peta tersebut menampakkan kontur Enfir Alle, benteng Galazentria, dan pemukiman-pemukiman di sekitarnya, serta Ladare Lide dan Sonara Lide yang menjulang di kedua ujungnya.

Tiba-tiba sekumpulan pasir biru muncul di atas meja, di tengah-tengah peta. Butiran-butiran tersebut bergerak dan berpusar, membentuk nama pengirimnya, sebelum kemudian terburai dan menyatu lagi menjadi sebuah tulisan.

Bola Varre sudah di tangan kami.

Aryo tersenyum membacanya. Pemuda itu mengibaskan tangan, dan peta tiga dimensi Enfir Alle pun menghilang dari hadapannya. Kemudian Aryo mengumpulkan Pasir Reh tersebut dan menulis di atasnya, Bagus, Lex! Bawa segera ke sini!

Kenapa kau tidak memperbolehkan kami membunuh Nadine?

Aryo mengabaikan pertanyaan tersebut. Kutunggu kalian di Galazentria.

Jangan mengalihkan pembicaraan, pasir biru tersebut membentuk jawaban dari Lex. Ingat, Bola Varre masih di tangan kami. Kalau kau bersikap kurang ajar, artefak ini tidak akan pernah sampai ke tanganmu.

Aryo tertawa membacanya. Sudah berani mengancamku, Lex? Silakan saja, kalau kamu mau perjanjian kita batal.

Selama beberapa saat tak ada jawaban, sebelum akhirnya Pasir Reh tersebut kembali membentuk tulisan, Kami yang seharusnya berbicara seperti itu, bukan kau. Jangan pernah berpikir untuk mencurangiku atau Lili. Kau akan menyesal melakukannya.

Tidak akan, balas Aryo. Dan tidak usah mengkhawatirkan pengkhianat itu. Aku yang akan mengurusnya.

Sebaiknya begitu. Karena kalau sampai aku atau Lili terancam oleh Nadine, kau yang akan menanggung akibatnya.

Pasir Reh yang ada di atas meja terangkat ke udara dan tertiup hilang, menandakan akhir pesan Lex. Aryo memunculkan kembali peta Enfir Alle di atas meja, lalu memandanginya, terutama Ladare Lide yang mencuat tinggi di hadapannya.

Selamat datang kembali, Dialarri. Kali ini, akan kupastikan kau membayar semua harga pengkhianatanmu.

***

Category(s): Artefaktor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

 

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>