-
Recent Posts
Recent Comments
- Dewi Putri Kirana on Entry Mei 2012 – Buku Peninggalan Ayah
- faisal hanafi on Entry Mei 2012 – Buku Peninggalan Ayah
- Dewi Putri Kirana on Entry Fantasy Fiesta 2012 – Pencari Warna
- xeno on Entry Fantasy Fiesta 2012 – Pencari Warna
- Dewi Putri Kirana on Entry Juli 2012 – Permainan Keduapuluh Satu
Archives
Categories
Meta
Category Archives: Artefaktor
Bab 23 – Felledia
Bulan sabit menggantung rendah di langit yang baru saja terbebas dari kepungan awan berat. Angin malam yang amat dingin bertiup kencang, menerpa rambut dan wajah Reinald, terasa sampai ke balik baju tempur Ildarrald Daevarnya. Pemuda itu merasa amat lelah. Sekujur … Continue reading
Posted in Artefaktor
Bab 22 – Alleterre
Dalam keremangan malam, Ducati berhenti di sebuah pelataran sunyi, dan Nadine bergegas melompat turun. Dengan cepat gadis itu mengamati keadaan di sekitarnya. Lapangan kecil itu dipenuhi oleh angkot yang diparkir berderet, sementara di pinggirnya berdiri kios-kios sederhana yang tiap jendelanya … Continue reading
Posted in Artefaktor
Bab 21 – Arothen
Reinald merasakan jantungnya berdentam keras. Rasa dingin mengaliri punggungnya, dan kelelahan menerpanya tanpa ampun. Di sekelilingnya, arothen menggeram dan mendesis, menyeringai dan mencakar. Mata mereka yang bercahaya dalam gelap menatapnya dan Nadine dengan pandangan lapar, seolah tak sabar untuk mencabik-cabik … Continue reading
Posted in Artefaktor
Bab 20 – Tengah Malam
Nadine mengenakan baju dengan lambat dan formal, seolah-olah sedang berada dalam sebuah upacara. Memasukkan tangan satu persatu ke dalam lengan pakaian yang menjuntai sampai ke pergelangan. Memasang setiap kancing keemasan perlahan-lahan. Merapikan kerah yang menempel tinggi pada leher. Mengenakan celana … Continue reading
Posted in Artefaktor
Bab 19 – Racunvora
Reinald mengamati Nadine mengaduk-ngaduk makanannya dengan sendok. Sejak kembali ke Farsei Foruna, pandangan gadis itu menerawang jauh, seolah sedang memikirkan sesuatu. “Nasinya tidak akan habis walaupun kamu aduk terus, lho,” komentar pemuda itu. Gadis itu tersentak. Matanya kembali terfokus ke … Continue reading
Posted in Artefaktor
Bab 18 – Tangan Kanan
Reinald memandangi Indra dan Melinda di hadapannya, yang saat itu juga sedang mengamatinya. Indra dengan tatapan penasaran yang polos, sementara Melinda dengan pandangan curiga yang tak ditutupi. Rei mengedipkan mata pada Melinda, dan langsung dihadiahi dengusan kesal. Pemuda itu tertawa … Continue reading
Posted in Artefaktor
Bab 17 – Ildarrald Daevar
“Tiga hari lalu Lex pergi,” Lili menangkupkan kedua tangan di atas meja dengan gelisah. ”Dia… kami… ah, mungkin lebih baik kalau kuceritakan semuanya dari awal.” Kemudian gadis itu mulai berkisah. Menerangkan semua yang terjadi semenjak tiga tahun lalu. Selama beberapa … Continue reading
Posted in Artefaktor
Bab 16 – Nin Ye Kiufe Grei Desenti
Nadine serta-merta berlari ke pintu. Dadanya berdegup kencang, berbagai macam pikiran melaju di benaknya. Apa yang sedang terjadi? Bahaya apa yang menimpa Lili? Lex hilang? Apa ada hubungannya dengan pihak yang sempat menyerang Rei?
Posted in Artefaktor
Bab 15 – Pesan
Pasak es itu meluncur kencang tanpa bisa dihentikan. Reinald mengangkat Seise Felliri ke depan wajah. Kristal tajam tersebut menabrak bilah pedang dan hancur berkeping-keping; getarannya memenuhi lengan pemuda itu. Stalaktit beku lainnya melaju deras dari arah kiri, dan Rei mengayunkan … Continue reading
Posted in Artefaktor
Bab 14 – Pertemuan
Melinda meraih cangkir minuman dan meneguk isinya. Dari tepi keramik tersebut ia mengamati orang-orang yang duduk di sekelilingnya. “Oke, kita mulai,” kata Alex. Pemuda berkacamata itu mencondongkan tubuh ke arah meja kecil di hadapan mereka. “Ada yang punya kabar baru?”
Posted in Artefaktor